
Ilustrasi seorang nelayan tua dan ikan mas, dibuat menggunakan AI (Ideogram)
Dulu, di pinggir sebuah danau, hiduplah sepasang suami isteri yang sudah tua. Tua sekali. Supaya lebih sopan, kita memanggil mereka ‘kakek’ dan ‘nenek’. Kakek dan nenek ini tinggal di sebuah gubuk reyot, tak jauh dari danau. O ya, kakek ini bekerja sebagai penangkap ikan. Setiap hari, si kakek pergi ke pinggir danau untuk menjala ikan.
Suatu pagi, ketika mengangkat jala, kakek merasa kalau jalanya berat. “Sepertinya ini hari keberuntunganku,” pikir kakek.
Rupanya, ketika kakek sudah mengangkat jala, yang tersangkut di jala itu hanya seekor ikan mas kecil. Siripnya terlihat berkilau ditimpa sinar matahari.
“Hem,” kakek menghembuskan napas. “Sepertinya aku belum beruntung. Semoga Tuhan memberiku ikan yang lebih besar,” ucap kakek.
“Tolong lepaskan aku”.
Kakek menoleh ke kiri, ke kanan, ke belakang, tetapi dia tak melihat siapa-siapa selain semak-semak dan riak gelombang pada permukaan air.
“Tolong lepaskan aku”.
“Siapa yang berbicara?” tanya kakek.
“Aku”.
“Siapa?”
“Aku adaah ikan yang kau tangkap, kakek”.
Kakek menatap ikan mas itu. “Apa benar kau yang berbicara?” tanya kakek. Dia menyentuh sisik ikan emas itu.
Sekali lagi, ikan mas itu meminta kakek untuk melepasnya. “Aku akan mengabulkan apa pun permintaanmu,” kata ikan mas.
Karena merasa kasihan, kakek pun melepas ikan itu dari jalanya.
“Sekarang kau sudah bebas,” kata kakek ketika melepas ikan itu ke danau. “Aku tidak mau apa-apa darimu, ikan mas. Pergila!”
Setelah itu, kakek pun pulang ke rumah dan meneritakan kejadian tadi kepada isterinya.
“Kenapa kau tidak meminta sesuatu, kek?” kata isterinya. “Apakah kau tidak tahu kalau siang ini kita tidak punya makanan? Sekarang pergilah ke danau itu lagi, dan mintalah sesuatu kepada ikan mas”.
Kakek pun kembali ke danau. Dia memanggil-manggil ikan mas.
“Ikan mas, ikan mas”.
Tak lama kemudian, ikan mas pun muncul ke permukaan air.
“Ada apa, kek?” tanya ikan mas. “Apa kau butuh bantuanku?”
Kakek berkataka kalau dia sudah tak punya makanan lagi di rumah. Karena itu, dia memohon agar ikan mas memberinya roti.
“Isteriku sangat kelaparan,” kata kakek.
“Baiklah, kakek,” jawab ikan mas. “Permintaanmu sudah aku kabulkan. Sekarang pulanglah dan temui isterimu”.
Sesampainya di rumah, kakek melihat beberapa potong roti di atas meja. Nenek juga ada di situ, di dekat meja kayu itu. Tetapi, wajahnya terlihat kecewa.
“Apa roti-roti ini tidak cukup, isteriku?” tanya kakek.
Rupanya, nenek sedang kesal melihat meja makan itu. Kayunya sudah tidak bagus lagi. Kayu-kayu gubuk mereka juga sudah berlubang di sana sini. Dan, nenek ingin rumah. Dia tidak ingin tinggal di gubuk lagi.
“Pergilah ke danau itu lagi dan mintalah rumah baru baru kepada ikan mas,” katanya.
Kakek, yang sangat mencintai isterinya, pun pergi ke danau. Dia memanggil-manggil ikan mas itu lagi. Dan, tak lama kemudian, ikan mas pun muncul ke permukaan air.
“Apa lagi yang kau inginkan, kakek?” tanya ikan mas.
“Isteriku mau rumah baru,” jawan kakek. “Dia sudah tidak mau tinggal di gubuk reyot itu”.
“O, itu mudah,” jawab ikan mas. “Sekarang pulanglah dan temui isterimu”.
Ternyata, begitu kakek pulang, gubuk mereka sudah menjadi rumah besar. Tak pernah kakek membayangkan memiliki rumah seperti itu. Dia senang sekali. Tetapi, ketika masuk ke dalam, kakek melihat isterinya sangat kesal. Rupanya, nenek masih tidak puas dengan rumah itu. Dia meminta kakek untuk kembali ke danau.
“Aku sudah bosan hidup seperti ini,” kata nenek. “Mintalah pada ikan mas itu supaya menjadikan aku seorang bangsawan”. Nenek ingin agar orang-orang menghormatinya.
Kakek, yang sangat mencintai isterinya, pun pergi ke danau. Dia memanggil-manggil ikan mas itu lagi. Dan, tak lama kemudian, ikan mas pun muncul ke permukaan air.
“Apa lagi yang diinginkan isterimu, kek?” ikan mas bertanya.
Kakek menjelaskan apa yang diinginkan oleh isterinya.
“Baiklah,” jawab ikan mas. “Permintaanmu sudah aku penuhi. Sekarang pulanglah, kek”.
Setelah menguapkan terima kasih, kakek pun pulang. Dia melihat rumahnya sudah menjadi lebih besar. Ada beberapa orang di halaman depan. Rupanya, mereka adalah pelayan nenek. Semntara itu, nenek duduk di kursi goyang di sudut halaman. Ketika kakek mendekat, isterinya berkata, “Siapa kakek tua ini?”
Alangkah terkejutnya kakek mendengar kata-kata isterinya.
“Aku ini suamimu,” kata kakek. “Apa kau tak mengenaliku lagi?”
“Kurung orang tua ini,” kata nenek kepada para pelayannya.
Maka, kakek pun dikurung di sebuah ruangan yang gelap. Dia hanya dibiarkan keluar pada pagi hari, itu pun untuk membersihkan kebun dan memberi makan hewan ternak.
“Oh, sungguh kejam isteriku,” pikir kakek. “Aku sudah melakukan apa yang dia pinta, tetapi dia membalasku dengan cara seperti ini”.
Suatu pagi, nenek kembali memanggil kakek. Katanya, dia sudah bosan jadi seorang bangsawan. “Sekarang aku mau jadi ratu di danau supaya aku bisa memerintahkan ikan-ikan,” ucap nenek. “Pergilah ke danau itu lagi dan temui ikan mas yang kau tolong itu”.
Maka, kakek pun kembali ke danau. Dia memanggil-manggil ikan mas. Tetapi, ikan mas tak langsung muncul.
“Kau di mana ikan mas,” ucap kakek.
Tak lama kemudian, ikan mas pun muncul.
“Apa yang bisa aku bantu, kek,” ucap ikan mas.
Kakek pun menjelaskan permintaan isterinya”.
“Hem,” gumam ikan mas. “Baiklah kalau begitu”.
Karena merasa permintaannya sudah dikabulkan, kakek pun pulang. Alangkah terkejutnya kakek sebab rumah besar mereka kini sudah berubah menjadi gubuk reyot. Sementara itu, si nenek duduk di depan gubuk dengan pakaian lusuh. Wajahnya terlihat sedih. Tetapi, kakek tak merasa sedih. Dia merasa hidup mereka kembali seperti semula.***
Penulis: Keyla Zahira
(Dongeng ini diikut sertakan dalam Lomba Kreasi Naskah Dongeng 2024)